Biabi butakan Rasa Nasionalisme Kita Untuk GARUDA

Nasionalisme kita terasa berdenyut kembali saat tim nasional Indonesia berjaya dalam perhelatan sepak bola Piala AFF 2010,bahkan nie sekedar baca artikel atau berita tentang timnas di tv jantung ini berdetak tak sewajarnya namun ada yang terasa ”aneh” ketika momentum itu terjadi,ternyata kita masih punya nasionalisme!!! ucap kata hati ini menyadari.....wkwkwkw

Selama ini nasionalisme kita ketlingsut (tersingsal) di rongga hati paling dalam berbagai peristiwa sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang dihadirkan penyelenggara negara ini telah gagal menerbitkan nasionalisme kita itu ke permukaan. Bahkan, praktik-praktik negara justru cenderung ”membunuh” rasa bangga atas bangsa ini
padahal hampir seluruh rakyat pasti sangat bangga dengan negara nya termasuk saya

Para penyelenggara negara telah menghapus ”alamat” negara ketika mereka mengubah negara ini jadi pasar bebas. Rakyat hanya dijadikan himpunan besar konsumen.
Menjalani takdir sebagai bangsa konsumen merupakan bentuk kekalahan bangsa ini atas agen pasar bebas, yakni para penyelenggara negara itu sendiri. Kekalahan bangsa ini pun berlanjut dan terjadi beruntun,menurut saya begitu sebagai orang yang masih awam tentang poli ti_(k)_kus = TIKUS

”Gawang” kerakyatan kita digelontor gol demi gol oleh ”tim tikus koruptor”, ”tim penelikung konstitusi”, ”tim politik hitam”, ”tim ekonomi hitam”, ”tim hukum hitam”, dan ”kesebelasan siluman” lain yang adidaya dan berjaya, ironisnya negara diam, melakukan politik pembiaran,mungkin semua orang pemerintahan itu sudah pada tidak normal termasuk saya mungkin,makanya banyak muncul paranormal....hahahaha
kyakya dosa mereka lbih besar dari pada penjahat kelamin dan pencopet yang masih berkeliaran di luar sana ya...

Dalam posisi sebagai pesakitan itu mendadak muncul blessing in disguise timnas sepak bola Indonesia memberikan cipratan kesejukan bagi tatu arang kranjang (luka parah) bangsa ini. Prestasi timnas jadi energi yang menggerakkan simbol-simbol saraf nasionalisme kita,bahkan masih saja ada yang bikin ulah ketenaran melalui sepak bola dengan menggugat GARUDA di dada ( wong edyan),kejumudan,kemurtadan atas apatisme kebangsaan yang dikonstruksi negara mendadak retak dan pecah.

Muncullah kesadaran baru kebanggaan atas kebangsaan kita yang sejatinya selalu kita miliki. Timnas kita memang belum sehebat Brasil, Argentina, Spanyol, Belanda, atau bahkan Jepang dan Korsel. Timnas pun belum mampu tampil di panggung sepak bola dunia. Dibanding Piala Dunia, Piala AFF hanyalah kelas ”kecamatan”. Namun, teater yang dihadirkan Gonzales dan kawan-kawan telah memukau, mengaduk-aduk emosi dan berakhir dengan memberikan kelegaan berupa kemenangan. Setidaknya, di level sepak bola Asia Tenggara, kepala kita bisa menengadah karena kita punya martabat. Inilah poin penting yang diberikan timnas kita,aku bangga menjadi orang banyuwangi yang menomer satukan bahasa oseng (gaul.kha kha...) dan kususya INDONESIA,kari seng nyambung (gk nyambung.Bhs_oseng.bwi)

Persoalan terbesar bangsa ini adalah kerapuhan martabat akibat krisis etik dan krisis etos ("kementus"Bhs_oseng.bwi) Etika merupakan orientasi nilai yang memandu kita pada asas kepatutan, kepantasan, dan kewajaran. Etika lekat bersinggungan dengan moralitas yang selalu bicara tentang nilai baik-buruk dan benar-salah"urus saja moral mu.urus saja akhlakmu peraturan yang hebat yang kami mau"
cocok banget kata wyak iwan fals

Adapun etos merupakan energi nilai yang melahirkan kreativitas dan berbagai sikap/tindakan ideal. Krisis etos tecermin pada kemandekan gagasan dan kreativitas yang berakibat pada penguatan budaya instan, pragmatis, plagiasi, dan lainnya. Terlalu menyederhanakan masalah jika menganggap berbagai persoalan berbangsa dan bernegara otomatis selesai oleh prestasi sepak bola kita. Sepak bola hanya bagian kecil mega proyek ideal kebudayaan bangsa.jangan campur aduk kan olah raga dengan politik,jadi nya pasti amburadul gak karuan

Kita berharap prestasi sepak bola kita bukan jadi alat ”mengelabui” rakyat atas berbagai kasus besar penyimpangan tata kelola kekuasaan. Dengan demikian, euforia yang muncul bukan euforia dari bangsa kalah harga diri, melainkan bangsa kuat dan bermartabat. Ini menantang penyelenggara negara untuk melahirkan martabat dalam politik, hukum, ekonomi, sosial, dan budaya.

Semoga Timnas sepak bola kita bisa menjadi juara dan membangkitkan nasionalisme kebanggaan kita terhadap INDONESIA
Mungkin sepenggal artikel kata ini yang cuman saya ketahui,karna saya bukan orang yang berpindidikan tinggi dan bahkan bukan sarjana master yang pandai mengoceh seperti burung BEO

BRAVO GARUDA DI DADAKU,SEMANGAT KU MENYERTAIMU SELALU

Segini aja dech,sudah agak pusing dan bingung mau nulis apaan.....hehehe
Good Luck And God Bles For All.....

0 komentar:

Posting Komentar