Oim & Ping |
Berhubung hari ini bertepatan dengan tanggal 15
Sya’ban 1429 H.Berikut saya posting tulisan dari H Mas Alim Katu (Peserta
Program S3 PPs UIN Alauddin) mengenai keistimewaan dan kemulian Nisfu Sya’ban
yang saya kutip dari website tetangga semoga bisa menjadi pelajaran berharga
bagi saya dan menambah pengetahuan bagi rekan2 yang sempat mampir ke blog ini……
Sejak semula, Rasulullah Muhammad SAW telah
mensinyalir bahwa bulan Sya’ban atau bulan ke-8 dari perhitungan bulan
Qamariyah (Hijriah) merupakan bulan yang biasa dilupakan orang.
Maksud Rasulullah, hikmah dan berbagai kemuliaan dan
kebajikan yang ada dalam bulan Sya’ban dilupakan orang. Mengapa dilupakan?
Menurut pengakuan Rasulullah, karena bulan Sya’ban berada di antara dua bulan
yang sangat terkenal keistimewaannya. Kedua bulan dimaksud adalah bulan Rajab
dan bulan Ramadan. Bulan Rajab selalu diingat karena di dalamnya ada peristiwa
Isra Mikraj yang diperingati dan dirayakan sedang bulan Ramadan ditunggui kedatangannya
karena bulan ini adalah bulan yang paling mulia dan istimewa di antara bulan
yang ada.
Lantas apa dan bagaimana bulan Sya’ban? Keistimewaan
dan kemuliaan bulan Sya’ban terletak pada pertengahannya, sehingga disebut
dengan Nisfu Sya’ban. Nisfu artinya setengah atau seperdua, dan Sya’ban
sebagaimana disebut pada awal tulisan ini, adalah bulan kedelapan dari tahun
Hijrah. Nisfu Sya’ban secara harfiyah berarti hari atau malam pertengahan bulan
Sya’ban atau tanggal 15 Sya’ban. Kata Sya’ban sendiri adalah istilah bahasa
Arab yang berasal dari kata syi’ab yang artinya jalan di atas gunung.
Menurut relung Ensiklopedia Panjimas, bulan
kedelapan dari tahun Hijriah itu dinamakan dengan Sya’ban karena pada bulan itu
ditemukan banyak jalan untuk mencapai kebaikan. Malam Nisfu Sya’ban dimuliakan
oleh sebagian kaum muslimin karena pada malam itu diyakini dua malaikat
pencatat amalan keseharian manusia; Raqib dan Atib, menyerahkan catatan amalan
manusia Allah SWT, dan pada malam itu pula catatan-catatan itu diganti dengan
catatan yang baru.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda “Bulan
Sya’ban itu bulan yang biasa dilupakan orang, karena letaknya antara bulan
Rajab dengan bulan Ramadan. Ia adalah bulan diangkatnya amal-amal oleh Tuhan.
Aku menginginkan saat diangkat amalku aku dalam keadaan sedang berpuasa (HR
Nasa’I dari Usamah). Sehubungan dengan hal itu Imam Bukhari dan Muslim
meriwayatkan pengakuan Aisyah lam yakunin Nabiyi sha mim yashumu aksara min
sya’baana finnahu kaana yashumuhu kulluhu kaana yashumuhu illa qalilan. Maksud
Aisyah dalam periwayatan ini bahwa Nabi Muhammad SAW paling banyak berpuasa
pada bulan Sya’ban.
Lebih jauh dari itu, pada malan Nisfu Sya’ban Allah
SWT menurunkan berbagai kebaikan kepada hambanya yang berbuat baik pada malam
tersebut. Kebaikan-kebaikan itu berupa syafaat (pertolongan), magfirah
(ampunan), dan itqun min azab (pembebasan dari siksaan). Oleh karena itu malam
Nisfu Sya’ban diberi nama yang berbeda sesuai dengan penekanan kebaikan yang
dikandungnya.
Imam al-Gazali mengistilahkan malam Nisfu Sya’ban
sebagai malam Syafaat, karena menurutnya, pada malam ke-13 dari bulan Sya’ban
Allah SWT memberikan seperti tiga syafaat kepada hambanya. Lalu pada malam
ke-14, seluruh syafaat itu diberikan secara penuh. Meskipun demikian ada
beberapa gelintir orang yang tidak diperuntukkan pemberian syafaat kepadanya.
Orang-orang yang tidak diberi syafaat itu antara lain ialah orang-orang yang
berpaling dari agama Allah dan orang-orang yang tidak berhenti berbuat
keburukan.
Nisfu Sya’ban dinamakan juga sebagai malam
pengampunan atau malam magfirah, karena pada malam itu Allah SWT menurunkan
pengampunan kepada seluruh penduduk bumi, terutama kepada hambanya yang saleh.
Namun dalam pemberian ampunan itu dikecualikan bagi orang-orang yang masih
tetap pada perbuatannya mensyarikatkan Allah alias musyrik, dan bagi mereka
yang tetap berpaling dari Allah SWT. Nabi bersabda: ?Tatkala datang malam Nisfu
Sya’ban Allah memberikan ampunanNya kepada penghuni bumi, kecuali bagi orang
syirik (musyrik) dan berpaling dariNya (HR Ahmad).
Kecuali Enam Golongan
Ibn Ishak meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa
pernah Rasulullah memanggil isterinya, Aisyah dan memberitahukan tentang Nisfu
Sya’ban. “Wahai Humaira, apa yang engkau perbuat malam ini? Malam ini adalah
malam di mana Allah yang Maha Agung memberikan pembebasan dari api neraka bagi
semua hambanya, kecuali enam kelompok manusia”.
Kelompok yang dimaksud Rasulullah yaitu, Pertama,
kelompok manusia yang tidak berhenti minum hamr atau para peminum minuman
keras. Sebagaimana berulang kali dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan hamr
adalah jenis minuman yang memabukkan, baik jenis minuman yang dibuat secara
tradisional mapun jenis minuman yang dibuat secara modern. Istilah populernya
adalah minuman keras atau miras. Yang disebut pertama antara lain tuak atau
ballok, baik ballok tala, ballok nipa, maupun ballok ase. Sementara yang
disebut kedua antara lain bir dan whyski. Termasuk kategori sebagai orang yang
tidak berhenti minum hamr ialah orang-orang menyiapkan minuman tersebut atau
para pembuat dan pengedarnya. Mereka ini tidak mendapat pembebasan dari api
neraka, tetapi malah diancam dengan siksaan api neraka.
Kedua, orang-orang yang mencerca orang tuanya.
Termasuk kategori mencerca orang tua ialah berbuat jahat terhadap orang tua
yang dalam hal ini ibu bapak. Menurut ajaran agama yang menyatakan syis saja
kepada ibu atau bapak itu sudah termasuk dosa. Membentak orang tua termasuk
perbuatan yang sangat dilarang. Allah SWT di samping menegaskan kepada manusia
untuk tidak beribadah selainNya, maka kepada kedua orangtua berbuat baiklah.
Waqadha Rabbuka an La ta’buduu Illah Iyyahu wa bilwalidaini ihsanan (al-Isra:
17:23). Perbutan kategori baik terhadap orang tua antara lain bertutur kata
kepada keduanya dengan perkataan yang mulia, merendahkan diri kepada keduanya
dengan penuh kasih sayang, dan kepada keduanya didoakan; “Wahai Tuhanku,
kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di
waktu kecil.”
Ketiga, orang-orang yang membangun tempat zina.
Tempat berzina dimaksud adalah tempat pelacuran yang kini nama populernya
tempat PSK (pekerja seks komersial). Golongan atau kelompok orang yang seperti
ini, pada malam Nisfu Sya’ban tidak mendapat pembebasan dari api neraka, tetapi
sebaliknya mereka dijanji dengan siksaan dan azab.
Keempat, orang-orang atau para pedagang yang
semena-mena menaikkan harga barang dagangannya sehingga pembeli merasa
dizalimi. Misalnya, penjual bahan bakar minyak, termasuk minyak tanah. Harga
dagangan jenis ini sudah ada harga standar, tetapi kalau penjualnya menaikkan
harganya secara zalim, maka penjual yang demikian itulah yang tidak mendapat
pembebasan dari neraka.
Kelima, petugas cukai yang tidak jujur. Termasuk
kategori petugas cukai adalah para kolektor pajak atau orang-orang yang menagih
pajak dan retribusi. Misalnya petugas cukai yang bertugas di pasar-pasar yang
menerima uang atau cukai dari penjual dengan bukti penerimaan dengan karcis.
Salah satu bentu ketidakjujuran kalau uang diterima tetapi tidak diserahkan
bukti penerimaan (karcis).
Keenam, kelompok orang-orang tukang fitnah.
Orang-orang kelompok ini suka menyebarkan isu dan pencitraan buruk yang
sesungguhnya hanyalah sebuah fitnah. Keenam golongan inilah yang disebut tidak
mendapat fasilitas itqun minannar.
Atas dasar itu, kiranya kita semua dapat menyadari
bahwa sesungguhnya bulan Sya’ban merupakan bulan persiapan untuk memasuki bulan
suci Ramadan. Persiapan itu meliputi persiapan mental dan persiapan fisik.
Manusia atau umat hendaknya memasuki bulan suci Ramadan sudah dalam keadaan
iman yang mantap dan sudah dalam keadaan mendapatkan syafaat, dan sudah dalam
keadaan mendapat jaminan dan pembebasan dari siksaan api neraka. Wallahu a’lam
bissawab.
Thank's God
Good Luck And godbles for all......^_^'
0 komentar:
Posting Komentar